Winter Sonata

Adegan
dibuka oleh gadis bernama Jung Yoo-jin yang berlari mengejar bis
sekolah. Dijalan, ia bertemu dengan sahabat masa kecilnya Sang-hyuk.
Mereka akhirnya berhasil mencegat bis penuh sesak tersebut, namun hanya
Yoo-jin yang berhasil masuk dalam posisi terjepit.
Setelah
sepi, Yoo-jin akhirnya duduk disamping seorang siswa misterius bernama
Kang Joon-sang. Tanpa sadar, kepalanya bersandar pada pundak pria itu.
Kejadian inilah yang mengawali perkenalan keduanya. Ternyata, Joon-sang
adalah murid baru dari sekolah yang sama.
Karena
terlambat, keduanya dihukum oleh guru sekolah galak yang terkenal
dengan julukan si Bunglon. Sifat Joon-sang yang pendiam membuatnya jadi
pembicaraan para siswi wanita, namun yang paling bernafsu adalah Oh
Chae-lin yang langsung menjadikan pria itu sebagai sasaran utama. Namun,
usahanya mendekati Joon-sang mendapat tanggapan dingin.
Di
sekolah, Joon-sang akhirnya bergabung dengan klub radio sekolah berkat
bujukan dari Yoo-jin. Sang-hyuk yang berusaha menyodorkan persahabatan
ditolak dengan dingin olehnya, dan menjadi awal persaingan keduanya
kelak. Meski pendiam, Joon-sang ternyata memiliki banyak keahlian, yang
dibuktikannya ketika membetulkan radio sekolah saat rusak.
Joon-sang
ternyata menyimpan masa lalu yang misterius, tujuannya pindah dari
Seoul adalah mencari siapa ayah kandung yang selama ini dirahasiakan
ibunya. Satu-satunya petunjuk adalah sobekan foto lama sang ibu yang
diapit oleh dua orang pria sahabatnya, salah satunya ternyata adalah
ayah Sang-hyuk.
Keesokan
harinya, Yoo-jin lagi-lagi terlambat masuk sekolah. Kali ini, ia tidak
ingin dihukum lagi oleh si Bunglon dan bersama Joon-sang, memutuskan
untuk menyelinap masuk dengan memanjat tembok sekolah. Kejadian tersebut
membuat hubungan keduanya berubah untuk selamanya. Sebelum pergi dengan
muka merah, Yoo-jin mengingatkan supaya Joon-sang tidak telat untuk
siaran siang.
Ternyata
Joon-sang tidak datang tepat waktu, sehingga Yoo-jin sangat kesal dan
mengungkapkannya secara live-broadcast. Saat tiba di studio, Joon-sang
tersenyum melihat Yoo-jin menari-nari sendiri diiringi lagu Dancing
Queen. Begitu melihat Joon-sang, Yoo-jin langsung terjatuh saking
malunya.
Keesokan
harinya di sekolah, Joon-sang dan Yoo-jin diolok-olok oleh teman-teman
sekelas karena mereka sama-sama memakai plester untuk menutup luka-luka
yang mereka alami semalam sebelumnya, diiringi oleh wajah masam Chae-lim
dan pandangan aneh Sang-hyuk.
Untuk
membalas kebaikan Joon-sang, Yoo-jin menawarkan diri untuk mengajari
pria itu bagaimana bermain piano tanpa tahu kalau Joon-sang sudah sangat
mahir. Di ruang musik, kepandaian Joon-sang memainkan jarinya di tuts
piano mempesona Yoo-jin, dan lagu The First Time menjadi lagu tak
terlupakan bagi mereka berdua.
Melihat
Sang-hyuk melalui jendela ruangan, mendadak Joon-sang mengajak Yoo-jin
meninggalkan sekolah dan menghabiskan hari itu di sebuah tepi danau yang
indah. Disana, Joon-sang dan Yoo-jin bersepeda dibawah suasana
daun-daun yang berguguran. Untuk pertama kalinya pula, Yoo-jin
membiarkan seorang pria memegang tangannya.
Seperti
yang sudah bisa ditebak, keesokan harinya mereka berdua langsung
dihukum oleh si Bunglon untuk membersihkan daun-daun di halaman sekolah
selama satu bulan. Di ruang siaran, Joon-sang membawa piringan hitam
berisi lagu The First Time yang disukai keduanya. Saat itu, Joon-sang
mengajak Yoo-jin kencan pada malam minggu, yang langsung diiyakan.
Curiga
dengan gerak-gerik Joon-sang, Sang-hyuk membuntuti rekan sekelasnya
tersebut dan mendapatinya bertemu dengan sang ayah. Keesokan harinya,
Sang-hyuk langsung menghardik Joon-sang dan menuduhnya mendekati Yoo-jin
hanya untuk membuatnya kesal. Tepat saat Joon-sang mengiyakan, Yoo-jin
masuk dan mendengar semuanya.
Kejadian
tersebut membuat hubungan keduanya langsung memburuk, dan kencan
pertama yang diidamkan gagal total. Sebagai gantinya, klub radio sekolah
mengadakan kemping yang diikuti oleh keenam anggotanya termasuk
Yoo-jin. Joon-sang yang semula menolak ikut akhirnya muncul pada saat
terakhir.
Yoo-jin
akhirnya berhasil ditemukan oleh Joon-sang, sementara Sang-hyuk kembali
dengan tangan kosong. Di tengah suasana rimba, Joon-sang memberitahu
Yoo-jin tentang bintang Polaris dan mengingatkan supaya setiap kali
tersesat didalam hutan, carilah selalu bintang Polaris yang tidak pernah
berpindah tempat. Keduanyapun kembali berbaikan.
Saat
membersihkan halaman beberapa waktu kemudian, Yoo-jin menceritakan pada
Joon-sang tentang apa yang dilakukannya saat musim dingin tahun lalu.
Sementara itu Joon-sang mengungkapkan bahwa saat salju pertama jatuh
tahun ini, ia akan berkencan dengan seorang gadis.
Tepat
saat musim salju tiba, Yoo-jin teringat akan ucapan Joon-sang dan
langsung menyusul Joon-sang ditepi danau yang mulai membeku. Keduanya
dengan gembira bermain di tengah salju, dan membuat orang-orangan. Di
tepi danau itu pula, untuk pertama kalinya Joon-sang dan Yoo-jin
berciuman.
Joon-sang
mengantar Yoo-jin sampai didepan rumahnya, dan dititipkan sepasang
sarung tangan sambil mengatakan supaya Joon-sang mengembalikannya saat
mereka bertemu lagi pada malam Tahun Baru. Tidak hanya itu, Yoo-jin juga
mengundangnya masuk untuk makan malam bersama.
Saat
sedang melihat-lihat foto, Joon-sang terkejut melihat foto ibunya yang
sedang bergandengan dengan ayah Yoo-jin. Ia mengira kalau itulah ayah
kandungnya, dan langsung lari keluar rumah dengan perasaan hancur.
Joon-sang langsung menyetujui tawaran ibunya untuk bersekolah di luar
negeri tanpa berpamitan lebih dulu dengan Yoo-jin.
Saat
menuju bandara, Joon-sang yang merogoh kantong jasnya tiba-tiba
teringat akan janjinya mengembalikan sarung tangan milik Yoo-jin. Ia
langsung turun dari taksi dan berlari ke tempat Yoo-jin menunggu. Saat
sedang menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah truk melintas dengan kencang.
Ingatan terakhir pria itu adalah Yoo-jin yang sangat dicintainya......
Chae-lim
sama sekali tidak tahu betapa menderitanya Yoo-jin. Saat tiba dirumah,
ia menerima hadiah Natal yang datang terlambat dari Joon-sang. Isi kado
tersebut ternyata adalah kaset berisi rekaman lagu The First Time
yang dimainkan oleh Joon-sang sendiri disertai ucapan selamat Natal.
Begitu mendengar lagu tersebut, pertahanannya langsung jebol dan
menangis sesunggukan.
Tak
terasa, sepuluh tahun telah berlalu sejak peristiwa tragis itu. Yoo-jin
yang telah menjadi arsitek membuka perusahaan konsultan bernama Polaris,
sahabatnya Kong Jin-suk yang belum bekerja tinggal bersamanya dalam
sebuah kamar. Ia juga bertunangan dengan Sang-hyuk yang bekerja di
sebuah stasiun radio, sementara sahabatnya Kwon Yong-yuk menjadi seorang
dokter hewan.
Perusahaan
Yoo-jin terlibat sebuah proyek tempat ski bersama perusahaan Marcian,
yang baru saja kedatangan bos baru. Saat berkunjung ke kantor perusahaan
tersebut, Yoo-jin memungut sebuah puzzle yang terjatuh. Malamnya, Yoo-jin kembali terlambat datang ke pesta pertunangan yang ditujukan untuknya dan Sang-hyuk.
Saat
sedang berjalan terburu-buru, ia terkejut setengah mati melihat
pemandangan dihadapannya. Seorang pria berkacamata nampak berjalan
kearahnya dengan senyum mengembang sambil menyaksikan hujan salju yang
turun, wajah pria itu sangat mirip dengan Joon-sang. Yoo-jin langsung
lupa akan tujuannya semula, dan menghabiskan malam itu untuk mengejar
pria tersebut.
Semua
yang sudah hadir di pesta pertunangan sudah pulang ketika Yoo-jin tiba
di tempat itu dalam keadaan lesu. Ibu Sang-hyuk yang marah langsung
pergi, dan tak lama kemudian Yoo-jin langsung pingsan. Saat sadar,
ibunya memarahi dan menyuruhnya untuk datang ke rumah Sang-hyuk dan
minta maaf.
Permintaan
maaf tersebut nyatanya tidak bisa diterima begitu saja oleh ibu
Sang-hyuk, namun pria itu maklum dengan keadaan Yoo-jin dan sama sekali
tidak menanyakan apa yang terjadi malam itu. Saat tiba di rumah, Yoo-jin
mendengarkan kaset pemberian Joon-sang 10 tahun silam dan mulai
mencorat-coret kertas. Kertas tersebut akhirnya ditemukan secara tidak
sengaja oleh Sang-hyuk.
Semua terutama Yoo-jin terdiam ketika mendengar alunan lagu The First Time
yang diputar di ruangan siaran. Keheningan tersebut pecah oleh suara
ketukan pintu, yang diikuti oleh kemunculan seorang pria yang langsung
membuat semuanya terkejut. Pria itu sangat mirip dengan Joon-sang yang
telah tewas sepuluh tahun silam.
Tersenyum
senang melihat keterkejutan mereka, Chae-lim memperkenalkan pria itu
sebagai pacarnya yang bernama Lee Min-hyeong. Semuanya hanya bisa
menatap kosong ketika pria itu memperkenalkan dirinya, yang kemudian
digandeng Chae-lim yang berpamitan.
Pukulan bagi Yoo-jin tidak hanya sampai disitu. Ketika kembali ke kantor kliennya Marcian, ia melihat lukisan dengan satu puzzle yang hilang. Ia teringat dengan puzzle yang
ditemukannya, dan langsung memasangkannya ke lukisan tersebut. Mendadak
Min-hyeong muncul dari arah belakang, pria itu ternyata adalah direktur
Marcian yang baru.
Pertemuannya
kembali dengan Min-hyeong membuat Yoo-jin sangat terpukul, tangannya
tak henti bergetar dan matanya tidak bisa melepaskan pandangan dari pria
itu. Sadar kalau dirinya diperhatikan, sambil bercanda Min-hyeong
bertanya apakah menatap seorang asing adalah kebiasaan Yoo-jin. Gadis
itu langsung berlari keluar sambil mengucurkan air mata.
Yoo-jin
langsung berinisiatif menemui Chae-lim untuk menanyakan tentang
Min-hyeong, yang dijawab dengan ketus bahwa ia sama sekali tidak
memiliki hubungan dengan Joon-sang. Setelah kejadian tersebut, Yoo-jin
berusaha menghindar dari Min-hyeong, namun yang terjadi malah
sebaliknya.
Proposal yang diajukan Polaris akhirnya disetujui oleh pihak Marcian,
namun dengan syarat bahwa Yoo-jin ditunjuk sebagai pimpinan proyek
tersebut. Dengan berat hati, Yoo-jin akhirnya menyetujui permintaan
tersebut.
Saat
malam tiba, Min-hyeong dan Yoo-jin mendatangi rumah kosong yang
rencananya akan dijadikan restoran bagi tempat peristirahatan musim
dingin yang sedang dibangun. Saat menyalakan api, pria itu sambil
berkelakar mengatakan itulah pertama kalinya dirinya tidak disukai
seorang wanita.
Ucapan
tersebut langsung menusuk hati Yoo-jin, yang selalu membayangkan
Joon-sang setiap kali menatap Min-hyeong. Dengan suara terbata-bata, ia
terus menanyakan benarkah atasannya tersebut sama sekali tidak pernah
menginjakkan kakinya di Korea. Obrolan mereka terputus oleh kehadiran
Chae-lim.
Ketiganya
akhirnya berpisah, Min-hyeong pulang bersama Chae-lim. Saat mereka
berdua di bar, dengan akal bulusnya gadis tersebut meminta Min-hyeong
untuk berhati-hati dengan Yoo-jin, karena ia dianggap berpura-pura baik
untuk memikat pria itu. Sementara itu, Sang-hyuk mendapat bukti bahwa
Yoo-jin tidak sepenuhnya jujur.
Saat
gadis itu tiba, Sang-hyuk mengajaknya untuk meluangkan waktu sehari
untuk mereka berdua. Sayangnya, rencana mereka untuk menonton bioskop
keesokan harinya gagal karena semua tiket habis. Keadaan semakin runyam
saat keduanya bertemu dengan pegawai Marcian.
Di
perjalanan pulang, Sang-hyuk menanyakan apakah Yoo-jin menyimpan
sesuatu darinya, yang langsung dibantah. Namun rahasia tersebut tidak
bertahan lama, Chae-lim mendatangi kantor Sang-hyuk dan meminta waktu
untuk makan malam bersama. Saat acara tersebut, ia dengan sengaja
membeberkan bahwa Yoo-jin dan Min-hyeong bekerja sama dalam sebuah
proyek.
Tidak
hanya itu, sambil mencucurkan air mata di perjalan pulang, Chae-lim
mengatakan bahwa Yoo-jin sejak masa sekolah selalu mencuri pria-pria
yang disukainya. Perkataannya sudah tentu membuat Min-hyeong merasa
bingung. Di tempat lain, kemarahan Sang-hyuk membuat Yoo-jin berpikir
untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Keputusan
tersebut sudah tentu mengejutkan Chae-lim, yang sama sekali tidak
menduga Sang-hyuk akan berkata seperti itu. Namun ia tidak menyerah,
strategi berikutnya adalah merekrut Jin-suk sebagai pegawai dengan
harapan bisa mengorek tentang kegiatan Yoo-jin.
Jin-suk
yang polos tidak mengetahui akal bulus Chae-lim tersebut, dan langsung
meluapkan kegembiraannya dengan mengajak tiga sekawan untuk makan malam
bersama. Dalam keadaan mabuk, ia berteriak-teriak dan meminta supaya
Yoo-jin tidak meneruskan kerjanya bersama Min-hyeong.
Keesokan
harinya, Marcian berencana mengadakan pesta. Dengan sengaja, Chae-lim
memberi Hin-suk pakaian yang diberikan Min-hyeong kepadanya, sementara
ia sendiri juga mengenakan pakaian yang sama pada saat pesta. Min-hyeong
begitu terkejut saat Yoo-jin muncul, ia mulai percaya pada perkataan
Chae-lim.
Kecurigaan
tersebut semakin kentara setelah Min-hyeong melihat foto hasil jepretan
Yoo-jin yang sebagian besar ternyata berisi gambar dirinya. Dalam
kegalauannya, Min-hyeong mengiyakan ajakan seniornya untuk minum di pub.
Dasar nasib, disana ia malah bertemu Yoo-jin dan seniornya.
Obrolan
keempatnya berlangsung seru, dan akhirnya mereka bermain putar botol,
orang yang duduknya sesuai dengan arah kepala botol diminta untuk
menceritakan tentang kehidupan cinta mereka atau minum satu gelas. Saat
kena giliran, Yoo-jin menolak untuk buka mulut.
Penolakan
tersebut langsung disambut oleh sindiran Min-hyeong yang menyebut kisah
cinta Yoo-jin mungkin terlalu banyak untuk disebut satu-persatu.
Yoo-jin akhirnya mabuk berat, dan terus meracau dengan menanyakan
hal-hal yang pernah ditanyakannya pada Joon-sang sepuluh tahun silam.
Tidak hanya itu, Min-hyong juga disebut mirip dengan Joon-sang.
Mabuk
Yoo-jin mendadak hilang saat melihat dengan samar-samar Min-hyeong
melepas kacamatanya, sehingga sosoknya serupa dengan Joon-sang. Ia
langsung memanggil pria itu mendekat, dan terus memanggil-manggil nama
Joon-sang. Begitu Yoo-jin memeluknya, Min-hyeong langsung teringat
dengan perkataan Chae-lim.
Saat
keduanya nyaris berciuman, Min-hyeong langsung mengucapkan perkataan
yang membuat Yoo-jin sakit hati. Rupanya, pria tersebut menganggap hal
itu hanyalah salah satu akal bulus Yoo-jin untuk mendekatinya. Gadis itu
langsung berlari meninggalkan apartemen Min-hyeong dengan berurai air
mata.
Di
restoran tempat peristirahatan musim dingin, Min-hyeong yang sedang
diramal memperoleh kartu Wheel of Fortune di tiga kesempatannya. wanita
yang meramal menyebutkan bahwa jodoh pria itu adalah wanita yang
memiliki kartu yang sama. Min-hyeong tentu saja tidak mempercayai ucapan
wanita itu.
Ia
berusaha mengorek masa lalu Yoo-jin melalui senior gadis itu, dan
menyebutkan kalau Yoo-jin pastilah seorang wanita yang telah memiliki
banyak pacar. Ucapan tersebut dimentahkan oleh keterangan sang senior,
yang menyebut Yoo-jin sebagai gadis yang setia dan tidak pernah berganti
pacar. Min-hyeong kembali bingung.
Saat
makan malam, salah seorang pekerja di tempat peristirahatan berulah
dengan menyebut dirinya tidak sudi diperintah oleh gadis muda seperti
Yoo-jin. Hal tersebut ternyata hanya lelucon belaka, pria setengah baya
tersebut telah mengenal Yoo-jin sejak lama. Dari pria itu pula
Min-hyeong mengetahui kalau Yoo-jin tidak kuat minum.
Belakangan,
Marcian memutuskan untuk memecat pria tua itu karena nyaris menyebabkan
kebakaran. Yoo-jin yang tidak setuju langsung menghadap Min-hyeong, dan
keduanya berdebat. Yoo-jin memberi alasan bahwa pria itu mabuk karena
hari tersebut adalah perayaan ulang tahun kematian istrinya, namun
Min-hyeong tidak setuju hal tersebut digunakan sebagai alasan.
Min-hyeong
menyebut bahwa hadiah terbaik bagi orang yang telah meninggal adalah
melupakannya, sementara Yoo-jin menyebut bahwa Min-hyeong sama sekali
belum pernah merasakan cinta sejati sehingga tidak tahu penderitaan pria
tua itu. Di kamar, mereka memikirkan perkataan masing-masing.
Saat
mendatangi butik, tanpa sengaja Min-hyeong menguping pembicaraan
Jin-suk dan Chae-lim dan mendengar tentang Joon-sang. Sat Chae-lim
pergi, ia muncul dan menanyakan pada Jin-suk tentang Joon-sang.
Ternyata, selama ini Yoo-jin tidak berbohong. Belakangan, Chae-lim tahu
kalau Min-hyeong sudah mengetahui kebohongannya karena kepolosan
Jin-suk. Di hotel, Min-hyeong yang ingin minta maaf pada Yoo-jin
mengurungkan niatnya karena melihat gadis tersebut sedang dikunjungi
tunangannya Sang-hyuk.
Keesokan
harinya, ia kembali bertemu Yoo-jin, yang berterima kasih karena
Min-hyeong tidak jadi memecat pekerjanya. Saat beranjak pergi, Yoo-jin
menjatuhkan kartu tarot yang disimpannya. Min-hyeong yang memungut kartu
tersebut terkejut saat melihat gambarnya, dan bertepatan dengan itu,
balok yang berada didekatnya jatuh. Tanpa pikir panjang, Yoo-jin
langsung mendorongnya.
Kejadian
tersebut membuat Yoo-jin terluka dan tidak sadarkan diri sehingga harus
dibawa ke rumah sakit. Begitu mendengar berita tersebut, Sang-hyuk
langsung ke rumah sakit dan nyaris saja memukul Min-hyeong yang dianggap
sebagai biang keladi kejadian yang menimpa Yoo-jin, namun belakangan ia
minta maaf.
Di
hotel, Min-hyeong dengan penuh rasa kecewa menanyakan pada Chae-lim
alasannya menceritakan hal-hal buruk tentang Yoo-jin. Permintaan maaf
gadis itu tidak dihiraukan Min-hyeong, yang meminta Chae-lim tidak
menemuinya lagi. Saat Yoo-jin keluar dari rumah sakit, Mi-hyeong
langsung menyambutnya dengan karangan bunga.
Keduanya
langsung pergi dengan mobil, namun di tengah perjalanan mobil tersebut
berhenti. Di sebuah taman, Min-hyeong meminta maaf karena telah sangka
dengan Yoo-jin dan menawarkan supaya keduanya berkenalan dari awal untuk
menghapus semua salah paham. Ia juga meminta Yoo-jin untuk tidak lagi
menganggapnya sebagai Joon-sang.
Sang-hyuk
bertindak nekat dan meminta kedua orangtuanya untuk mempercepat
pernikahannya dengan Yoo-jin. Sang ibu tentu saja tidak setuju, namun
keberatan tersebut tidak dihiraukan. Tidak hanya itu, Sang-hyuk juga
mengusulkan supaya stasiun radio tempatnya bekerja mengadakan acara di
tempat Yoo-jin bekerja. Alasannya, apalagi supaya ia bisa berdekatan
dengan tunangannya.
Keduanya
disambut oleh adik Yoo-jin, yang langsung menyangka Min-hyeong sebagai
Joon-sang. Saat Yoo-jin kekamar ibunya, Min-hyeong menanyakan seputar
kenangan dengan Joon-sang pada adiknya. Dari situ ia tahu tentang danau
yang pernah jadi saksi kebersamaan Yoo-jin dan Joon Sang.
Saat
perjalanan pulang, mendadak Min-hyeong membelokkan mobilnya ke daerah
danau tersebut dan mengajak Yoo-jin berjalan-jalan di hutan. Kenangan
terhadap Joon-sang kembali muncul, sayang kali ini yang ada disebelahnya
adalah Min-hyeong. Yoo-jin berusaha menyembunyikan air matanya dengan
topi dari jaket yang dipakainya.
Saat
berjalan bersama, Yoo-jin menceritakan tentang kisah pria yang tinggal
di dunia bayangan yang didengarnya dari Joon-sang. Min-hyeong mengajak
Yoo-jin ke tepi danau, dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan gadis itu
sama dengan pria yang tinggal di dunia bayangan tersebut.
Kejadian
yang mereka alami bersama membuat Min-hyeong mulai jatuh cinta pada
Yoo-jin. Saat berada di dekat sebuah piano, tanpa sadar jari-jarinya
mulai menekan tuts dan memainkan lagu The First Time, padahal ia
sebenarnya tidak pernah bermain piano.
Keesokan
harinya, Yoo-jin dan Min-hyeong melakukan inspeksi ke tempat
peristirahatan musim dingin yang sedang dibangun. Saat hendak pulang,
kereta gantung yang mereka tumpangi tidak beroperasi karena cuaca buruk
sehingga keduanya harus menginap. Di dalam sebuah ruangan, Yoo-jin
perlahan mencopot kaca mata Min-hyeong yang tertidur.
Min-hyeong
langsung terbangun dan meminta Yoo-jin untuk tidak lagi mencintai pria
yang sudah meninggal. Saat ditanya kenapa, dengan tegas pria itu
menjawab kalau dirinya telah mencintai Yoo-jin. Ucapan tersebut membuat
Yoo-jin kaget, dan langsung keluar ruangan menembus cuaca buruk.
Min-hyeong
yang terus menunggu mulai kuatir dan memutuskan untuk menyusul Yoo-jin.
Setelah kesana-kemari tidak mendapatkan hasil, ia menemukan Yoo-jin
tertidur di sudut ruangan lain. Paginya di luar, Min-hyeong menanyakan
siapa pria yang dicintai Yoo-jin bertepatan dengan munculnya Sang-hyuk.
Di
Seoul, Yoo-jin berhasil menemukan Sang-hyuk di tempat kerjanya. Ia
berusaha membujuk tunangannya tersebut, namun Sang-hyuk masih kesal dan
tidak memperdulikan ajakan untuk makan malam. Belakangan, Sang-hyuk
menyesal dan berbicara di telepon genggamnya untuk minta maaf dan
menyatakan senang bisa bertemu Yoo-jin.
Di
tempat ski, Yoo-jin berbohong dan mengatakan kalau dirinya telah
berbaikan kepada Min-hyeong. Namun ekspresi wajahnya tidak bisa
ditutupi, Min-hyeong langsung mengajaknya ke lapangan terbuka dan
meminta Yoo-jin untuk melepaskan kesedihannya disana. Saat Min-hyeong
pergi, air mata Yoo-jin langsung berderai.
Dikantornya,
Min-hyeong mengatakan pada Chae-lim bahwa hubungan mereka telah
berakhir. Meski telah memohon, namun pria itu tetap pada keputusannya.
Chae-lim mendatangi rumah orang tua Sang-hyuk dan mengatakan bahwa anak
mereka mulai kuatir dengan hubungan antara Yoo-jin dengan Min-hyeong.
Saat
diundang makan malam bersama keluarga, Yoo-jin disambut oleh sikap
dingin ibu Sang-hyuk, yang menanyakan seputar gosip hubungannya dengan
Min-hyeong. Sang-hyuk langsung membela Yoo-jin, dan dibalas oleh
tamparan dari ibunya. Dengan perasaan kesal, ia langsung pergi
meninggalkan rumah bersama Yoo-jin.
Sang-hyuk
memesan kamar di sebuah hotel, dan meminta Yoo-jin menemaninya. Saat
tunangannya ke kamar mandi, mendadak telepon genggam gadis itu berbunyi.
Melihat yang menelepon Min-hyeong, Sang-hyuk langsung marah-marah.
Yoo-jin yang belakangan muncul tidak suka dengan sikapnya, dan berusaha
keluar. Namun Sang-hyuk dengan kasar langsung menciumnya.
Dari
Seoul, Min-hyeong kembali mengemudikan mobilnya menuju ke tempat ski es
dengan Yoo-jin tertidur lelap disampingnya. Tindakannya mengelus rambut
Yoo-jin membuat gadis itu terbangun. Saat Min-hyeong membeli kopi,
Yoo-jin telah pergi dan meninggalkan sepucuk surat ucapan terima kasih.
Keesokan
malamnya, Yoo-jin berjalan-jalan di lapangan sambil memikirkan
perasaannya terhadap Min-hyeong. Diam-diam, Min-hyeong mendekatinya
sambil memasangkan syal kepada gadis itu. Awalnya Yoo-jin menolak, namun
Min-hyeong tetap memaksa sambil mengingatkan bahwa setiap orang harus
mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Yoo-jin
akhirnya bertemu kembali dengan Sang-hyuk di sebuah kedai kopi, dan
disana ia menyatakan keinginannya untuk membatalkan pertunangan mereka.
Ia berharap supaya hubungan keduanya bisa seperti masa lalu yaitu
sebagai teman, yang langsung ditolak oleh Sang-hyuk, yang balik menuduh
bahwa semua itu disebabkan oleh Min-hyeong.
Setelah
berpikir lama, Yoo-jin menemui Min-hyeong untuk menjelaskan keputusan
yang telah diambilnya. Ia tidak ingin menjalin hubungan khusus dengan
Min-hyeong dan Sang-hyuk karena hal itu hanya akan menyakiti keduanya,
keputusan yang ditentang Min-hyeong yang menyebut hal tersebut sebagai
pertanda pasrah.
Sang-hyuk
yang sedang mempersiapkan acara untuk stasiun radionya datang ke tempat
ski es untuk menemui Min-hyeong, dan memberitahu bahwa Yoo-jin tidak
akan meninggalkannya. Kedua pria ini mulai bersaing memperebutkan hati
Yoojin, namun di depan orang Sang-hyuk berpura-pura bahwa hubungannya
dengan sang tunangan baik-baik saja, bahkan mereka berencana untuk
menikah.
Di
luar ruangan, Yoo-jin menjelaskan bahwa dirinya tetap tidak ingin
menikah namun Sang-hyuk tidak perduli lagi. Saat keduanya bertengkar,
Min-hyeong mendadak muncul dan meminta Sang-hyuk untuk tidak mengganggu
Yoo-jin lagi. Tidak hanya itu, ia meminta Yoo-jin untuk pergi lebih dulu
dari tempat itu.
Ucapan
tersebut membuat Sang-hyuk marah, dan langsung mencengkram kerah baju
Min-hyeong. Bukannya takut, pria itu malah menantang Sang-hyuk dengan
kata-kata yang sangat mirip diucapkan Joon-sang sepuluh tahun silam saat
keduanya nyaris bertengkar di lapangan voli.
Orang
tua Sang-hyuk akhirnya tiba di lokasi ski es dan terkejut melihat
Min-hyeong, ayahnya malah mengira pria itu sebagai Joon-sang. Saat
konser dimulai, ibu Sang-hyuk keluar untuk mengambil dompetnya yang
tertinggal. Di luar, ia melihat Yoo-jin mengikatkan syal ke leher
Min-hyeong.
Konser
di tempat ski es berlangsung sukses. Yoo-jin yang berusaha menyelinap
keluar mendadak dipanggil ke tengah panggung bersama Sang-hyuk. Disana,
pria itu mengumumkan akan menikahi Yoo-jin dalam kurun waktu sebulan,
yang langsung disambut oleh tepuk tangan hadirin.
Setelah
acara tersebut, keluarga Yoo-jin dan Sang-hyuk berkumpul untuk
membicarakan pengumuman mengejutkan tersebut. Ibu Sang-hyuk tetap
bersikeras tidak ingin menikahkan anaknya dengan Yoo-jin, dan balik
bertanya apakah gadis itu benar-benar mencintai anaknya.
Dari
arah belakang, Min-hyeong muncul dan meminta supaya wanita setengah
baya tersebut tidak memarahi Yoo-jin. Keadaan mulai panas, Sang-hyuk
mulai naik pitam dan Yoo-jin menangis. Ia akhirnya menyatakan bahwa
dirinya tidak bisa menikahi Sang-hyuk, dan langsung berlari keluar.
Min-hyeong
langsung mengejarnya, disusul Sang-hyuk. Sayang, ia terlambat karena
Yoo-jin telah naik mobil bersama Min-hyeong dan melaju ke sebuah tempat
yang ternyata adalah rumah pria itu. Saat membuka pintu rumah, ia
terkejut melihat ibunya Kang Mi-hee ada didalam.
Saat
mengobrol, Min-hyeong menceritakan pada Yoo-jin tentang sebuah sungai
yang terletak tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Mi-hee langsung
mengingatkan anaknya supaya tidak dekat-dekat dengan lokasi tersebut,
karena dirinya pernah nyaris tenggelam disana. Padahal seingat
Min-hyeong, kejadian tersebut terjadi saat dirinya baru berusia 7 tahun
di Amerika sana.
Begitu
masuk kedalam, Yoo-jin telah disambut oleh sang ibu yang telah menunggu
di kursi. Wanita setengah baya itu mengingatkan putrinya bahwa
Sang-hyuk adalah seorang pria yang baik dan tidak sepantasnya Yoo-jin
memperlakukannya seperti itu.
Dengan
berat hati, Yoo-jin mengatakan bahwa ia tidak mencintai Sang-hyuk. Hal
itu membuat ibunya kecewa dan marah, kemudian memutuskan untuk
meninggalkan apartemen anaknya. Belakangan, giliran Sang-hyuk yang
disertai Jin-suk dan Yong-kuk datang meminta penjelasan dari Yoo-jin.
Pria itu juga bertanya apa yang membuatnya bisa jatuh cinta pada
Min-hyeong.
Tiba-tiba
Yoo-jin teringat dengan ucapan Min-hyeong sebelumnya yang mengatakan
bahwa mencintai seseorang tidak butuh alasan, ucapan tersebut sama
persis dengan apa yang dirasakannya saat itu. Dengan penuh kekecewaan
Sang-hyuk pergi, dan mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah
memaafkan Yoo-jin. Jin-suk yang membela Sang-hyuk memutuskan untuk
pindah ke tempat Chae-lim.
Min-hyeong
sendiri langsung bertolak ke hotel untuk menemui ibunya Mi-hee.
Wajahnya yang sendu membuat sang ibu menanyakan mengenai gadis yang
sempat dilihatnya yaitu Yoo-jin, yang dibalas bahwa gadis itu mencintai
seseorang yang telah mati namun mirip dengan Min-hyeong. Ucapan tersebut
membuat Mi-hee menjatuhkan cangkirnya.
Keesokan
harinya, Min-hyeong memutuskan untuk menjemput Yoo-jin, yang kemudian
dilihatnya berjalan sendirian ditaman. Menyusul dari belakang, gadis itu
melihatnya dan tersenyum. Min-hyeong kemudian memberikan seuntai kalung
polaris yang disembunyikan di dalam bola salju, dan Yoo-jin membalasnya
dengan menempelkan stiker bergambar bintang polaris di mobil pria itu.
Kebahagiaan
tersebut tidak bertahan lama, Lung-kok menelepon untuk memberitahu
bahwa Sang-hyuk masuk rumah sakit karena menolak makan dan minum dan
meminta gadis itu untuk menjenguk. Belakangan, ibu Sang-hyuk juga
mendatanginya, namun Yoo-jin tetap menolak untuk datang ke rumah sakit.
Kabar
tersebut akhirnya terdengar Min-hyeong, yang memutuskan mengantar
Yoo-jin ke rumah sakit karena ia tahu betul watak gadis itu. Ia
menyatakan akan menunggu Yoo-jin kembali, sama seperti bintang polaris
yang akan membantu mereka yang tersesat.
Sang-hyuk
yang terbangun oleh kehadiran Yoo-jin menolak untuk menerima permintaan
maaf, dan meminta gadis itu pergi. Begitu Yoo-jin keluar, tim dokter
langsung masuk memeriksa kondisi pria malang itu yang berusaha mencabut
infusnya. Yoo-jin langsung menangis melihat kenekatan sang-hyuk. Diluar,
Min-hyeong yang terus menunggu sadar kalau Yoo-jin tidak akan kembali
kesisinya.
Saat
bertemu kedua orang tuanya, Sang-hyuk menyatakan niatnya mengajak
Yoo-jin untuk belajar di luar negeri. Meski terkejut, namun gadis itu
hanya diam saja. Saat dirumah, ia menceritakan kejadian tersebut pada
ibunya. Seperti yang sudah diduga, sang ibu mendukung keputusan
tersebut.
Dihadapan
ibunya, Yoo-jin akhirnya mencetuskan harapannya untuk tidak menikah
dengan Sang-hyuk karena ia masih belum bisa melupakan Joon-sang. Beban
pikirannya sangat berat, sampai-sampai ia menangis di pundak sang ibu
yang hanya bisa termenung memikirkan nasib anaknya yang dipermainkan
takdir.
Masalah
yang rumit membuat Min-hyeong meminta ijin cuti pada kantornya selama
beberapa hari. Saat sedang bersantai di pinggir danau, ia mendengar
cerita seorang pria setengah baya tentang seorang anak laki-laki yang
hampir tenggelam disana 20 tahun lalu. Ia sangat terkejut saat mendengar
anak tersebut bernama Joon-sang, mengingat daerah itu adalah milik
pribadi ibunya.
Di
tempat lain, Sang-hyuk ditugaskan oleh kantornya untuk mewawancarai
Mi-hee yang adalah pianis yang terkenal. Saat datang ke konser, ia mendapati
ayahnya Kim Jin-woo disana. Ternyata, sang ayah dan Mi-hee bersahabat
baik semasa sekolah. Dari Jin-woo pula Mi-hee mendengar kabar kalau pria
yang disayanginya yaitu ayah Yoo-jin telah meninggal.
Kenyataan
tersebut memukul perasaan Mi-hee, yang pingsan setelah konser selesai.
Ia dipapah oleh Min-hyeong yang kebetulan hendak menemui sang ibu. Saat
bertemu dokter pribadi keluarga, Min-hyeong yang masih penasaran
bertanya tentang masa lalunya. Dokter tua tersebut dengan sikap aneh
menegaskan bahwa pria itu dibesarkan di Amerika.
Dalam
keadaan kalut, Min-hyeong mulai minum-minum. Larangan Chae-lim tidak
diperdulikannya, ia berusaha menemui Yoo-jin namun mengurungkan niatnya
setelah melihat Sang-hyuk ada disana. Saat ibunya sadar, Min-hyeong
kembali menanyakan Joon-sang, namun Mi-hee mengatakan tidak mengenal
nama itu.
Atas
permintaan Chae-lim, Yoo-jin akhirnya menemui Min-hyeong. Sayangnya
kejadian tersebut dipergoki oleh Sang-hyuk dari kejauhan. Gadis itu
mengembalikan kalung polaris yang diberikan Min-hyeong, kemudian pergi
meninggalkan pria itu yang masih terus menggenggam kalung polaris
kesukaan Yoo-jin.
Saat
malam tiba, Yoo-jin yang dijemput oleh Sang-hyuk ditelepon oleh
seniornya untuk diajak minum-minum. Mendengar Min-hyeong tidak ada
disana, Sang-hyuk akhirnya setuju mampir. Namun saat tiba disana, pria
berkacamata tersebut terlihat sedang duduk sambil minum.
Kesalahpahamanpun
kembali terjadi, Sang-hyuk menuduh Yoo-jin berbohong dan langsung
meninggalkannya sendirian tanpa mau mendengar penjelasan. Saat sedang
berusaha menyetop taksi, Yoo-jin nyaris saja tersambar taksi kalau saja
Min-hyeong tidak muncul dan menarik tubuhnya.
Saat
tiba dirumah, Sang-hyuk sudah menantinya dan meminta maaf. Keduanya
kembali berbaikan. Ditempat lain, ucapan seniornya bahwa ia mungkin lupa
kalau mahir main piano membuat Min-hyeong mulai curiga dirinya
mengalami amnesia tentang masa lalunya.
Saat
sedang berziarah kemakam ayahnya, Yoo-jin yang datang bersama Sang-hyuk
tidak sadar kalau Mi-hee baru saja mendatangi tempat itu. Saat pulang,
Yoo-jin melihat poster Mi-hee di mobil Sang-hyuk dan menyebutkan kalau
wanita itu adalah ibu Min-hyeong. Sang-hyuk yang terkejut langsung
membalikkan arah mobilnya ke Chuan Chun, dan meminta Yoo-jin turun di
tengah jalan.
Ternyata
Sang-hyuk pergi menuju sekolah SMU-nya dulu untuk memeriksa data
pribadi Joon-sang. Benar dugaannya, Mi-hee adalah ibu kandung Joon-sang.
Yang lebih mengejutkan lagi, ia mendapat kabar kalau ada orang lain
yang telah terlebih dahulu memeriksa data tersebut.
Yoo-jin
yang kesepian memutuskan untuk pergi ke taman di pinggir danau dengan
bis, tanpa sengaja ia bertemu dengan Min-hyeong yang nampak kalut
disana. Belum sempat berbicara banyak, Sang-hyuk telah muncul dan
langsung mengajak Yoo-jin pergi.
Beberapa
saat sebelumnya, Min-hyeong rupanya telah mengunjungi rumah yang pernah
ditinggali Joon-sang. Disana, ia bertemu dengan ibunya Mi-hee.
Kecurigaan bahwa dirinya adalah Joon-sang semakin kuat, apalagi setelah
wanita itu memanggilnya dengan nama tersebut sambil meminta maaf. Tanpa
banyak bicara, Min-hyeong langsung berlari meninggalkan tempat tersebut.
Untuk
memastikan kecurigaannya, Sang-hyuk mendatangi kantor Min-hyeong namun
disana malah bertemu Chae-lim. Gadis itu curiga akan sikap sahabatnya
yang tidak seperti biasanya, namun Sang-hyuk tidak memberitahu bahwa
Min-hyeong adalah Joon-sang.
Sang-hyuk
akhirnya berhasil menemukan Joon-sang di luar apartemennya, namun saat
dipanggil dengan nama Min-hyeong, ia tidak menoleh. Apa yang ditakutkan
Sang-hyuk menjadi kenyataan, Joon-sang baru menoleh ketika nama aslinya
dipanggil, yang berarti ia telah mengetahui masa lalunya sebagai pacar
Yoo-jin.
Saat
keduanya mengobrol, Sang-hyuk meminta Joon-sang agar tidak membeberkan
kejadian sebenarnya pada Yoo-jin karena hanya akan membuat gadis itu
shock. Sang-hyuk juga mengingatkan ucapan rivalnya tersebut 10 tahun
silam yang mengatakan mendekati Yoo-jin hanya untuk membuatnya kesal.
Joon-sang hanya tertegun, karena ia tidak ingat masa lalunya sama
sekali.
Di
hadapan Jin-suk, Yoo-jin mengakui bahwa salah satu alasan mengapa ia
menyukai Min-hyeong meski karakternya berbeda dengan Joon-sang adalah
kemiripan mereka. Selain itu, hatinya juga merasakan getaran yang sama
dengan apa yang dirasakannya 10 tahu silam saat Joon-sang masih hidup.
Joon-sang
mendengar akan ada pertemuan dengan teman-teman SMU-nya saat bertemu
Chae-lim sehingga ia memaksa ikut. Di restoran, Joon-sang menanyakan
tentang masa lalunya dan terakhir mengutarakan kemungkinan kalau
Min-hyeong adalah Joon-sang. Ucapan tersebut membuat semua yang hadir
terdiam, saat itu Yoo-jin belum hadir. Joon-sang akhirnya memutuskan
untuk pergi dari restoran.
Saat
keluar, ia berpapasan dengan Yoo-jin yang baru mau masuk ke dalam
restoran. Ia langsung menarik gadis itu dan mengutarakan, dalam keadaan
bingung, bahwa dirinya adalah Joon-sang, dan Yoo-jin tentu saja tidak
percaya. Bersamaan dengan itu, Sang-hyuk muncul dan berusaha menarik
Yoo-jin, namun ia malah dipukul Joon-sang.
Melihat
perubahan sifat pria yang pernah dicintainya itu, Yoo-jin marah dan
langsung mengajak Sang-hyuk pergi dengan menumpang taksi. Didalam taksi,
Sang-hyuk meminta Yoo-jin untuk tidak meninggalkannya apapun yang
terjadi, yang dibalas oleh anggukan kepala.
Joon-sang
menelepon ponsel Yoo-jin dan mengajaknya bertemu untuk memberi
penjelasan. Namun Yoo-jin menolak dan mengatakan bahwa Min-hyeong
bukanlah Joon-sang karena sifat keduanya bagai langit dan bumi. Setelah
menutup telepon, Yoo-jin berubah pikiran dan berusaha menemui pria yang
dikenalnya sebagai Min-hyeong. Sang ibu berusaha mencegah, dan jatuh
pingsan.
Untuk
berusaha mengingat masa lalunya, Joon-sang kembali ke sekolahnya di
Chuan Chun dan mengelilingi halaman yang kosong. Pada saat bersamaan,
Yoo-jin juga berada disana namun berada di ruang radio.
Saat itu, Joon-sang berada di ruang piano yang kosong dan memainkan lagu The First Time.
Ia berhenti saat mendengar pembacaan puisi yang disiarkan lewat radio
sekolah, dimana pada saat bersamaan Yoo-jin meneteskan air mata. Meski
berada di tempat yang sama, keduanya selalu berselisih jalan sehingga
tidak bertemu.
Di
Marcian, Joon-sang memberitahu seniornya kalau ia berencana untuk
kembali ke Amerika dan meminta sahabatnya tersebut mengurus proyek ski
es yang sebentar lagi rampung. Ia sadar, akan lebih baik bila
identitasnya sebagai Min-hyeong dipertahankan. Sebelum berpisah,
Joon-sang meminta waktu untuk bertemu Sang-hyuk.
Saat
bertemu saingannya tersebut, Joon-sang memberitahu kalau ia tidak akan
mengganggu Yoo-jin dan meminta Sang-hyuk untuk menjaga gadis itu
mengingat dirinya tidak akan kembali ke Korea lagi. Keduanya berpisah
sambil berjabatan tangan bagai seorang sahabat.
Perpisahan
berikutnya adalah dengan Chae-lim, namun saat mendatangi salonnya,
Joon-sang malah bertemu dengan Yoo-jin yang sedang mencoba gaun
pengantin. Saking terburu-buru, sepatu berhak Yoo-jin lepas, dan
Joon-sang membantu memasangkan, persis seperti kejadian 10 tahun silam
saat memanjat tembok sekolah yang tidak diingatnya namun selalu lekat di
hati Yoo-jin.
Untuk
terakhir kalinya, Joon-sang menanyakan Yoo-jin seputar cintanya pada
Min-hyeong yang hanya didasarkan oleh kemiripan wajah dengan pacar
lamanya tersebut. Yoo-jin menyatakan bahwa cintanya terhadap Joon-sang
dan Min-hyeong sama besar. Obrolan mereka terputus oleh munculnya
Jin-suk.
Ayah
Sang-hyuk datang mengunjungi ibu Yoo-jin yang kabarnya dalam kondisi
kurang sehat. Saat diantar keluar oleh Yoo-jin, pria setengah baya
tersebut mengatakan bahwa perasaannya menyebutkan bahwa Min-hyeong dan
Joon-sang adalah orang yang sama. Ia juga menanyakan apakah Yoo-jin
sempat mendatangi pemakaman Joon-sang. Ucapan tersebut membuat gadis itu
semakin bingung.
Di
kantor, Yoo-jin diberitahu seniornya bahwa Min-hyeong akan pergi ke
Amerika, dan menitipkan sesuatu untuknya. Saat dibuka, isinya ternyata
CD berisi lagu The First Time dan secarik kertas.
Didalamnya,
Min-hyeong menyatakan permohonan maafnya karena tidak mampu memainkan
lagu tersebut seperti yang pernah dilakukan Joon-sang. Mendadak Yoo-jin
teringat sesuatu, dirinya tidak pernah memberitahu siapapun soal hadiah
pemberian Joon-sang. Ia langsung berlari dan mencegat taksi menuju
airport, ia sadar bahwa Min-hyeong adalah Joon-sang.
Di
bandara, Yoo-jin dengan penuh kepanikan mencari sosok Joon-sang, yang
akhirnya ditemukannya saat pria itu baru memasangkan sepatu ke kaki
seorang anak perempuan. Gadis itu langsung memanggilnya dengan nama
Joon-sang, sambil meminta maaf karena tidak mengenalinya sejak awal.
Joon-sang
akhirnya tidak jadi pergi ke Amerika, dan menghabiskan waktunya di
kamar hotel mengobrol dengan Yoo-jin. Pria itu meminta maaf karena meski
namanya Joon-sang, namun ia tidak mengingat sedikitpun masa lalunya.
Yoo-jin menceritakan tentang sarung tangan, permainan piano, bolos,
sepeda, sampai berpegangan tangan, namun tidak satupun yang bisa diingat
Joon-sang.
Saat
Yoo-jin tertidur, Joon-sang menelepon Sang-hyuk dan memintanya
menjemput gadis itu keesokan harinya. Pria itu meninggalkan kertas
berisi pesan bahwa dirinya berterima kasih karena Yoo-jin selalu
menyimpan kenangan terhadap Joon-sang, yang sayangnya tidak mampu ia
ingat. Saat bangun dan menemukan surat itu, Yoo-jin berlari mencari
Joon-sang meski sudah dicegah Sang-hyuk.
Yoo-jin
menyusul Joon-sang yang berada di seberang jalan, tanpa melihat ada
truk yang melintas. Secara refleks, Joon-sang langsung mendorong
Yoo-jin, dan untuk kedua kalinya ia tertabrak. Di rumah sakit, Chae-lim
dengan berang memarahi Yoo-jin yang dianggap sebagai penyebab Min-hyeong
celaka.
Merasa
bersalah, Yoo-jin memutuskan berada di rumah sakit merawat Joon-sang
sampai pria itu sadar. Sang-hyuk membawakan makanan, dan mengatakan
bahwa bila Yoo-jin ingin merawat Joon-sang, maka ia harus punya banyak
enerji. Dikamar, Yoo-jin menyatakan pada Joon-sang yang tidak sadar
bahwa ia tidak akan meninggalkan pria itu lagi.
Malamnya,
kondisi Joon-sang memburuk sehingga Yoo-jin semakin panik. Diluar
ruangan, ia terus berdoa bagi keselamatan kekasihnya tersebut. Ia juga
terus menunggu di sisi tempat tidur sepanjang malam.
Joon-sang
mulai sadar, dan memegang wajah Yoo-jin yang berada didekatnya sambil
memanggil namanya. Pria itu menceritakan kalau dirinya ingat saat
pertama kali mengenal Yoo-jin, kepala gadis itu bersandar dibahunya saat
tertidur. Mendengar hal itu, Yoo-jin sadar kalau sebagian ingatan
Joon-sang sudah kembali.
Yoo-jin
memutuskan untuk pulang dan mengepak barang-barangnya. Saat bertemu
Jin-suk, ia memberitahu kalau ingatan Joon-sang sudah mulai pulih.
Berita tersebut didengar Sang-hyuk, yang langsung menuju rumah sakit dan
menemukan kasur Joon-sang sudah kosong. Suster rumah sakit membenarkan
bahwa ingatan Joon-sang sudah kembali.
Keesokan
harinya, Sang-hyuk mengajak Yoo-jin minum kopi sambil menyatakan
dirinya siap melepas gadis yang dicintainya sejak dulu itu. Sambil
bercanda ia mengatakan bahwa dirinya melakukan hal yang berkebalikan
dengan Joon-sang yang berusaha mengingat yaitu melupakan.
Dengan
hati yang hancur-lebur, Sang-hyuk berjalan tidak tentu arah di tengah
jalanan yang ramai sambil mengingat masa-masa indahnya bersama Yoo-jin.
Ia juga memberitahu kedua orangtuanya bahwa pernikahan mereka
dibatalkan, dan menolak memberi penjelasan lebih lanjut.
Hidup
mulai berjalan kembali seperti normal, Joon-sang yang telah sembuh
diijinkan meninggalkan rumah sakit. Ia memutuskan untuk pindah ke sebuah
apartemen, dan berusaha menata tempat tersebut bersama Yoo-jin.
Keesokan
harinya, Joon-sang mengajak Yoo-jin menjadi pemandu untuk mendapatkan
ingatannya kembali. Mereka mulai merekonstruksi ulang semua adegan yang
pernah dilalui bersama, mulai saat duduk berdua di bis, memanjat tembok
sekolah, bermain voli, sampai duduk di kursi di tepi danau.
Yoo-jin
menceritakan saat keduanya membuat boneka salju yang saling berciuman,
Joon-sang sadar bahwa setelah itu, ia juga mencium gadis itu namun
kejadian tersebut tidak dapat diingatnya. Yoo-jin lalu mengajaknya ke
dermaga, dan mengatakan bahwa membuat masa depan yang lebih baik jauh
lebih penting daripada menggali kenangan di masa lalu.
Saat
melihat seorang anak kecil, Joon-sang mendadak teringat dengan sarung
tangan yang pernah diberikan Yoo-jin 10 tahun silam. Ia langsung
menelepon sang ibu untuk memastikan barang-barang masa lalunya masih
tersimpan rapi, dan mengajak Yoo-jin ke rumah lamanya untuk
mengembalikan sarung tangan tersebut.
Malamnya,
mereka mengunjungi tempat dimana Yoo-jin menunggu Joon-sang yang tidak
kunjung datang satu dasawarsa silam. Saat gadis itu membeli kopi, salju
mulai turun dan satu-persatu ingatan Joon-sang mulai kembali. Yoo-jin
kaget melihat mata Joon-sang basah, pria itu telah mengingat apa yang
hendak diucapkannya saat itu : ia mencintai Yoo-jin.
Ibu
Yoo-jin berinisiatif mengembalikan semua uang dan pemberian yang
diberikan oleh keluarga Sang-hyuk ke pria tersebut sambil meminta maaf
atas sikap anaknya. Saat keluar, ia berpapasan dengan Mi-hee. Ucapan
Sang-hyuk yang mengatakan bahwa ia adalah ibu Yoo-jin wanita yang saat
ini dipacari Joon-sang membuat Mi-hee kaget bukan main.
Yoo-jin
mengundang para sahabat dekatnya untuk menghadiri pesta ulang tahun
Joon-sang. Join-suk mengabari berita tersebut kepada Lung-kok lewat
telepon di butik, namun Chae-lim yang kebetulan mendengar marah dan
menyuruhnya pulang.
Sang-hyuk
sendiri mendengar kabar tersebut dari Lung-kok, dan memutuskan untuk
mendatangi apartemen Joon-sang. Suasana berlangsung kaku, dan ia pulang
lebih awal. Belakangan, Joon-sang mendatangi kantor Chae-lim untuk
meminta maaf karena telah dua kali menyakiti perasaannya.
Chae-lim
masih belum bisa menerima kenyataan, dan memanggilnya dengan nama
Min-hyeong. Gadis itu berharap supaya pria itu kembali seperti dulu,
namun semua sudah tidak mungkin lagi. Chae-lim menyatakan kalau dirinya
lebih membutuhkan Min-hyeong daripada Joon-sang.
Paginya,
Joon-sang mendapati fakta baru seputar alasannya datang ke Chuan Chun
sepuluh tahun silam yaitu mencari tahu siapa ayah kandungnya. Sementara
itu, ayah Sang-hyuk mendapat kenyataan bahwa Joon-sang adalah anak dari
Mi-hee. Ia langsung menelepon mantan sahabat dekatnya tersebut karena
kuatir Joon-sang adalah darah dagingnya juga, namun telepon tersebut
ditutup.
Saat
turun, ia berpapasan dengan Joon-sang dan keduanya mengobrol di kafe.
Meski penasaran siapa ayah Joon-sang sesungguhnya, pria itu memintanya
bersabar karena pasti ada alasan kuat mengapa Mi-hee menolak untuk
bercerita lebih lanjut. Mi-hee sendiri saat itu mendatangi ibu Yoo-jin
dan memberitahu bahwa pacar sang gadis adalah anak kandungnya.
Saat
sedang berjalan berdua, tanpa sadar Yoo-jin dan Joon-sang sampai ke
sebuah gereja dan menyaksikan pernikahan sepasang sejoli. Setelah sepi,
mereka mendekati altar dan Yoo-jin berlutut serta berdoa untuk
mengucapkan syukur karena bisa bersama Joon-sang. Ia meminta supaya pria
itu juga berdoa.
Joon-sang
berlutut, dan dalam doanya mengatakan bahwa ia berharap bisa
menghabiskan sisa hidupnya bersama Yoo-jin yang sangat dicintainya
sampai rambutnya putih, dan bisa mempunyai anak-anak yang selalu
mengingatkannya pada gadis itu. Ucapan tersebut membuat mata Yoo-jin
berkaca-kaca, ia terharu oleh ketulusan ucapan Joon-sang.
Di
gereja, Joon-sang memegang kalung polaris yang diberikannya pada
Yoo-jin dan sambil menatap gadis itu dengan tatapan meluluhkan, ia
meminta supaya Yoo-jin mau menikahinya. Yoo-jin hanya bisa mengangguk,
dan di menit berikutnya, mereka berciuman.
Paginya,
Joon-sang dan Yoo-jin berjalan dengan gembira menuju tempat ski es
sambil bergandengan tangan. Gadis itu berharap supaya musim dingin itu
berlangsung selamanya, karena ia takut akan kehilangan Joon-sang lagi.
Keduanya menghabiskan waktu dengan bermain salju, dan saat di bar,
Joon-sang memainkan lagu The First Time.
Joon-sang
memutuskan untuk langsung melamar kekasihnya tersebut ke ibu Yoo-jin,
namun saat muncul di depan pintu, ia disambut dengan dingin. Pria itu
mulai merasa lamarannya ditolak, namun Yoo-jin menghibur dan mengatakan
bahwa ia akan berbicara dengan ibunya.
Dugaan
Yoo-jin ternyata salah, ibunya tetap ngotot tidak memperbolehkannya
bersanding dengan Joon-sang. Wanita setengah baya tersebut akhirnya
menceritakan masa lalu yang sama sekali tidak diduga, ayah Yoo-jin
ternyata sempat berpacaran dengan Mi-hee namun belakangan
meninggalkannya dan menikah dengan ibu Yoo-jin.
Dalam
keadaan yang semakin kacau tersebut, Joon-sang mendapat undangan minum
bersama dari Sang-hyuk. Mantan tunangan Yoo-jin tersebut memberikan
persetujuannya bila Joon-sang memutuskan untuk menikah, bahkan
menyarankannya supaya kawin lari sebagai penyelesaian masalah.
Yoo-jin
mendatangi Joon-sang yang sedang termenung di tengah padang es, namun
saat ditegur ia kaget melihat pria itu meneteskan air mata. Joon-sang
berkilah kala hal itu terjadi karena ia sedang pilek, dan langsung
memeluk Yoo-jin dengan sangat erat.
Paginya,
Joon-sang kembali mengajukan lamaran pada Yoo-jin, dan mengatakan kalau
dirinya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menyuntingnya.
Yoo-jin terkejut melihat kenekatan Joon-sang, dan meminta waktu untuk
berpikir. Dikamarnya, pria berkacamata tersebut mulai mengingat tentang
foto ibunya saat muda, dan alasan ia lari dari rumah Yoo-jin sepuluh
tahun silam.
Mendadak
Yoo-jin muncul dan mengajaknya bicara sambil berjalan di tengah padang
es. Gadis itu menanyakan keseriusan Joon-sang untuk menikahinya, dan
menanyakan siapa saja yang akan menjadi saksi. Yoo-jin akhirnya setuju
menikahi Joon-sang, dengan saksinya mereka berdua sendiri.
Di
tempat lain, Sang-hyuk secara tidak sengaja mendengar pembicaraan
ayahnya dengan seseorang di telepon, dan terkejut mendengar kemungkinan
besar Joon-sang dan Yoo-jin adalah saudara sedarah. Ia langsung berlari
meninggalkan rumah.
Sementara
itu, Joon-sang mengenakan jas dan sedang mempersiapkan diri, ia
menunggu kehadiran Yoo-jin di depan altar gereja. Gadis yang dicintainya
itu muncul bagai bidadari dengan gaun pengantin yang sederhana namun
memancarkan pesona. Sambil menyaksikan Yoo-jin perlahan mendekatinya,
dalam hatinya Joon-sang memohon maaf pada Tuhan.
Sang-hyuk
yang muncul terburu-buru tidak menemukan Yoo-jin, dan dari seniornya
diketahui kalau gadis itu siap melangsungkan pernikahan di kapel.
Sang-hyuk muncul tepat pada saat Joon-sang dan Yoo-jin saling
mengucapkan ikrar pernikahan, dan meminta supaya pernikahan tersebut
dibatalkan.
Joon-sang
mengajak Yoo-jin berjalan-jalan di tepi pantai, dan menetapkan bahwa
itulah kali pertama dan terakhir mereka disana karena pria itu sudah
memutuskan untuk meninggalkan wanita yang sangat dicintainya tersebut.
Di pesisir, Yoo-jin mengumpulkan kepingan uang logam.
Joon-sang
meminta Yoo-jin untuk mengumpulkan lebih banyak lagi sehingga mereka
bisa membeli perahu layar untuk berlayar ke tempat yang jauh. Mereka
meneruskan langkah ke sebuah toko, dimana Yoo-jin meminta Joon-sang
untuk menunggu diluar. Saat sendirian, pria itu menelepon Sang-hyuk dan
memintanya untuk menghancurkan fotonya dan Yoo-jin serta menjemput gadis
itu keesokan harinya.
Ternyata
Yoo-jin membeli sebuah kamera sekali pakai dan sebuah koin khusus.
Malamnya, mereka berdua menginap di satu kamar karena tidak ada kamar
tersisa. Saat Yoo-jin terlelap, Joon-sang mengusap wajah dan rambutnya
dan hendak memberikan ciuman, namun pria itu urung melakukannya dan
keluar dari kamar.
Paginya,
mereka meneruskan kebersamaan dengan berbelanja bersama. Keduanya
sempat terpisah karena Yoo-jin menolong seorang wanita tua, dan saat
bertemu, tanpa sadar Joon-sang memarahinya. Saat duduk di pinggir laut,
Yoo-jin memberi tahu kalau kalung polarisnya rusak, dan Joon-sang
memintanya dengan alasan akan diperbaiki.
Malamnya,
Joon-sang meminta maaf karena membentak Yoo-jin, namun gadis itu
berpura-pura marah dan meminta Joon-sang menebus kesalahannya tersebut
sambil bertanya apa yang akan mereka lakukan keesokan harinya. Joon-sang
mengalihkan pembicaraan dan menasehati beberapa hal pada Yoo-jin.
Karena tidak tahan, Joon-sang meneteskan air mata dan keluar disertai
pandangan heran Yoo-jin.
Malamnya
saat Yoo-jin telah terlelap, Joon-sang masuk dan sambil mengucapkan
maaf, mencium pipi gadis itu dan keluar lagi. Sendirian, ia berjalan ke
tepi pantai dan melempar koin khusus, kamera, dan kalung polaris ke
laut. Pria itu tidak tahan lagi, dan akhirnya menangis ditemani angin
malam.
Saat
bangun pagi harinya, Yoo-jin tidak menemukan Joon-sang dan saat keluar
kamar, Sang-hyuk telah menunggu sambil memberitahu kalau pria
berkacamata tersebut telah pergi karena tidak ingin menyakiti hati
ibunya. Yoo-jin yang tidak percaya berusaha mencari Joon-sang, namun
Sang-hyuk menghentikan langkahnya.
Keesokan
harinya, Yoo-jin mendatangi Joon-sang dikantornya untuk menanyakan
kebenaran berita bahwa mereka kakak-beradik. Meski berusaha bersikap
kasar, Joon-sang yang tidak tega akhirnya mengakui kebenaran berita itu.
Yoo-jin langsung lemas dan ambruk dilantai, namun saat hendak ditolong
Joon-sang, ia menolak.
Saat
tiba dirumah, Joon-sang telah dinanti kehadirannya oleh Mi-hee.
Mendadak, pria itu merasa pusing sehingga ibunya harus membantu untuk
mengistirahatkannya ditempat tidur. Joon-sang meminta agar sang ibu
tidak mengganggunya.
Penyakit
Joon-sang semakin menjadi-jadi, saat ayah Sang-hyuk berkunjung
keapartemennya, wajahnya terlihat sangat pucat dan mendadak pingsan.
Pria setengah baya itu langsung membawa Joon-sang ke rumah sakit,
sekaligus memberikan contoh darahnya untuk tes.
Berita
Joon-sang masuk rumah sakit terdengar oleh Sang-hyuk dan Chae-lim yang
mengunjunginya, dan disitu Chae-lim tahu bahwa alasan tidak hadirnya
Yoo-jin adalah karena keduanya bersaudara. Saat sembuh, Joon-sang
diantar pulang oleh gadis itu yang akhirnya mengakui, Min-hyeong yang
dikenalnya selama ini adalah Joon-sang.
Kejadian
beruntun yang menimpanya membuat Yoo-jin memutuskan untuk mundur dari
pekerjaannya, ia meminta Sang-hyuk menolongnya menghubungi Joon-sang
yang terus menghindar. Saat keluar dari Polaris, ia menenteng maket
rumah yang didesainnya sendiri, tanpa sadar kalau Joon-sang mengikutinya
dari belakang.
Di
taman, ia memberikan maket tersebut kepada seorang anak kecil sambil
mengatakan bahwa rumah impiannya sudah terpatri didalam hati. Saat
hendak beranjak pergi, Joon-sang telah berada didepannya.
Saat
ngobrol berdua, Joon-sang menyampaikan permintaan maafnya pada Yoo-jin.
Di kesempatan tersebut, Yoo-jin mengatakan bahwa dirinya akan selalu
mencintai Joon-sang sampai masa yang akan datang, dan ia tidak merasa
malu akan cinta yang telah dirasakannya selama ini. Sebelum berpisah,
Yoo-jin memberikan maket rumah rancangannya sebagai tanda mata.
Pihak
rumah sakit menghubungi ayah Sang-hyuk untuk memberitahu hasil tes
darah yang dilakukannya, dan menyimpulkan bahwa pria itu adalah ayah
kandung Joon-sang. Belakangan, Mi-hee akhirnya mengakui kebenaran yang
telah lama ditutupinya tersebut.
Saat
dikantor, Joon-sang pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat sadar, ia
diberitahu kalau ada penggumpalan darah di bagian otak dan harus
dioperasi kalau tidak ingin akibatnya fatal. Saat pulang ke apartemen,
pria berkacamata tersebut telah ditunggu oleh ayah Sang-hyuk, yang
menyampaikan berita bahwa dia adalah ayah Joon-sang.
Terkejut
mendengar pengakuan tersebut, Joon-sang langsung mendatangi ibunya yang
telah membuat dirinya dan Yoo-jin menderita. Dengan bercucuran air
mata, Mi-hee meminta maaf dan memberi tahu alasannya berbohong, yaitu
karena ia ingin sekali membesarkan Joon-sang sebagai anak ayah Yoo-jin.
Di
tempat lain, Yoo-jin telah mengukuhkan niatnya untuk pergi ke Perancis.
Di apartemennya, Sang-hyuk meminta supaya hubungan mereka bisa kembali
seperti sebelumnya, yang ditolak dengan halus oleh Yoo-jin. Adegan ini
terlihat oleh Joon-sang, yang kemudian mengurungkan niatnya bertemu
Yoo-jin.
Sang-hyuk
mengutarakan niatnya kepada sang ayah untuk bisa kembali bersama
Yoo-jin, namun ia malah mendapati kenyataan kalau dirinya memiliki
hubungan darah dengan Joon-sang. Pria itu langsung mendatangi kantor
Joon-sang dan memintanya untuk mengembalikan masa-masa indah bersama
Yoo-jin. Joon-sang sadar kalau Sang-hyuk telah mengetahui segalanya.
Saat
tiba di kantornya, pandangan Joon-sang yang sedang memperhatikan maket
rumah idaman Yoo-jin mendadak kabur. Sadar kalau penglihatannya akan
menurun drastis dan tidak memiliki banyak waktu, ia menyelesaikan cetak
biru rumah tersebut dalam waktu semalam.
Paginya,
ia menelepon Yoo-jin untuk memberitahu rencana keberangkatan ke
Amerika. Pria berkacamata tersebut sempat meminta Yoo-jin untuk kembali
dengan Sang-hyuk, namun ditolak. Malamnya, Joon-sang meminta supaya
Yoo-jin tidak mengantarnya ke bandara, mengingatkannya untuk menjaga
kesehatan, dan menjadikan memori di pinggir pantai sebagai kebersamaan
mereka yang terakhir.
Yoo-jin
sangat sedih mendengar ucapan Joon-sang, dan sempat menarik lengan pria
itu sebelum kemudian dilepaskan lagi. Sebelum pergi, Joon-sang meminta
Sang-hyuk untuk menjaga gadis itu. Belakangan, Sang-hyuk baru sadar
kalau kepergian 'kakak'nya ke Amerika tersebut adalah untuk operasi otak
dan ada kemungkinan tidak bisa bertahan hidup.
Kabar
tersebut membuat Sang-hyuk merasa bersalah, ia mendatangi rumah Yoo-jin
dan memberitahu kebenaran bahwa Joon-sang tidak memiliki hubungan darah
dengan gadis itu, dan pria berkacamata tersebut menderita penyakit yang
mungkin mematikan. Keduanya langsung menyusul ke bandara, namun
Joon-sang keburu berangkat.
Yoo-jin
memutuskan untuk berangkat ke Paris untuk belajar, dan sebelum pergi,
Sang-hyuk memberinya sebuah tiket dengan tujuan ke New York dengan
harapan gadis itu mengunjungi Joon-sang. Tiket tersebut diterimanya,
namun saat berangkat, Yoo-jin meletakkannya di bangku bandara.
Tak
terasa, tiga tahun telah berlalu. Di musim semi, Yoo-jin kembali dari
Perancis dan berkumpul dengan Sang-hyuk, Chae-lim, serta Yong-kuk dan
Jin-suk yang sudah menikah. Ia memutuskan untuk kembali ketempat
bekerjanya yang lama, namun sesampai disana, ia ditunjukkan artikel
tentang sebuah rumah yang sama persis seperti rumah impian yang
dirancangnya tiga tahun silam.
Yoo-jin
memutuskan untuk melihat-lihat rumah yang terletak disebuah pulau
tersebut. Rumah itu ternyata milik Joon-sang, yang kini telah buta
setelah menjalani operasi. Pria itu sedang menelusuri rumahnya dengan
cara meraba, dan tapa sengaja menjatuhkan satu keping puzzle. Meski
berusaha memasangnya kembali, Joon-sang tidak dapat menemukan kepingan
yang tercecer itu.
Yoo-jin
tiba di rumah besar yang saat itu kosong, dan melihat-lihat sekeliling.
Ia menemukan puzzle yang dijatuhkan Joon-sang, dan memasangnya. Ia
teringat dengan kejadian yang sama saat Joon-sang masih menggunakan nama
Man-hyeong. Dari belakang, mendadak terdengar suara Joon-sang yang
bertanya "Siapa disana?"
Yoo-jin
langsung membalikkan badan mendengar suara yang sudah sangat dikenalnya
tersebut, ia tidak mampu berkata-kata dan mulai meneteskan air mata,
seolah tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya. Joon-sang
memanggil sekali lagi, namun tenggorokan Yoo-jin tercekat sehingga ia
tidak bisa mengeluarkan suara saking terharunya.
Joon-sang
sendiri, walau tidak melihat, merasa kalau sosok didepannya sudah tidak
asing lagi. Ia langsung memanggil nama Yoo-jin, yang dibalas oleh gadis
itu. Setelah 13 tahun diterpa berbagai badai hebat, cinta Joon-sang dan
Yoo-jin akhirnya bisa bersatu...........

Cast:
Bae Yong Jun As Min-hyeong / Jun Sang

Choi Ji Woo As Yoo Jin

Park Yong Ha as Sang Hyuk

No comments:
Post a Comment